Monday 28 October 2019

Story of Life : About Grateful

Pagi itu aku sedang mengendarai sepeda motor, sembari melihat kedua kaca spion memantulkan cahaya matahari yang mulai meninggi dan terlihat begitu apik.
Di sepanjang jalan menuju tempat kos setelah menghabiskan weekend di kampung, aku berpapasan dengan banyak pedagang bersepeda motor berangkat untuk menjual barang dagangan mereka. Macam-macam, ada yang jual roti goreng, sayuran dan lain-lain.
Jalanan masih cukup sepi, aku pun masih melanjutkan perjalanan.
Sambil berkendara, seperti biasanya pikiranku melayang. Mengomentari setiap hal yang aku lihat di perjalanan...

Kali ini pikiranku melayang ke arah, Apa saja yang perlu kita syukuri dalam hidup ini? Dan bagaimana cara besyukur? serta Apa yang kita rasakan, dapatkan setelah bersyukur?
Sebagai manusia, kita sering lupa bahwa banyak hal yang SANGAT PERLU DAN WAJIB untuk kita syukuri di setiap detik, menit, jam, waktu dan terus berulang-ulang kali. Apa saja kenikmatan-Nya yang sering dilewatkan untuk kita syukuri setiap harinya?
Mulai dari yang pertama, kenikmatan bernafas dimanapun berada, diikuti kenikmatan melihat, mendengar, dapat berpikir, dapat bergerak, dapat merasakan asin manis pahit makanan/minuman... karena ketika,
- kenikmatan nafas yang dikurangi, maka bisa jadi kita akan membawa tabung gas oksigen kemana-mana
- kenikmatan melihat yang dikurangi, maka kita tidak dapat melihat indahnya ciptaan Allah swt.
- kenikmatan mendengar yang dikurangi, maka kita tidak dapat mendengar merdunya suara Adzan, Al-qur’an yang dibaca, ustadz/ustadzah yang menyampaikan pesan-pesan kehidupan, termasuk kata-kata baik yang disampaikan oleh sesama manusia lainnya
- kenikmatan dapat berpikir yang dikurangi, maka kita tidak dapat berpikir dengan benar karena hilangnya akal
- kenikmatan dapat bergerak yang dikurangi, maka kita tidak bisa beraktifitas sebagaimana mestinya
- kenikmatan dapat merasakan asam manis pahit makanan/minuman yang dikurangi, maka semua makanan dan minuman sebagai energi untuk tubuh kita, tidak memiliki rasa untuk dinikmati saat dikunyah hingga ditelan

Jika kita masih sering lupa untuk bersyukur terhadap kenikmatan yang Allah berikan di setiap detik, menit, jam nya yang sudah pasti ada, bagaimana kita bisa bersyukur atas kenikmatan-Nya yang jauh lebih besar?

Beberapa waktu yang lalu, aku masih bersyukur atas hal-hal besar yang aku terima di kehidupanku, atas kebahagiaanku, yang sebagian besar karena materi. Hingga suatu saat (maaf tidak bisa kuceritakan disini, hanya ingin kukembalikan ke Allah saja agar hal itu tidak pernah kembali ‘Aamiin’) , aku belajar banyak dari apa yang aku alami dulu. Dari situlah, seakan-akan Allah menegurku dengan cara-Nya hingga membuatku saat ini tidak terfokus ke materi untuk kebahagiaan, tetapi rasa syukur untuk kebahagiaan.

Kapanpun, kita bisa mengucapkan rasa syukur, “Alhamdulillah” , “Iya, aku bersyukur” , tetapi kata-kata itu masih sering hanya sebatas kata-kata, tidak diikuti dengan hati yang yakin dan ikhlas dalam mengucapkannya. Sehingga, meskipun kita mengucapkan rasa syukur, perasaan kurang terhadap hal ini dan itu masih sering kita rasakan.
Bahkan, ketika kita sudah mulai bisa bersyukur atas hal-hal kecil, hati kita masih bisa tergoyahkan. Ketika orang-orang di sekitar kita membandingkan kehidupannya dengan oranglain, seperti “Enak ya, si A sekarang sudah jadi Manager” , “Enak ya si B dapet suami kaya” , “ Enak ya si C jalan-jalan terus ke luar negeri” dan perkataaan-perkataan lainnya yang diawali “Enak ya, si ...” , yang akhirnya membuat kita ikut membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan oranglain.

Munculnya perbandingan-perbandingan itu akan membuat kita lupa bahwa banyak hal lainnya yang perlu kita syukuri. Seakan-akan seperti pepatah, ‘Setitik nila, rusak susu sebelanga.” . Dimana karena hanya suatu hal yang Allah swt. belum/tidak beri kepada kita, kita melupakan kenikmatan-Nya yang telah diberikan kepada kita sebelumnya, bahkan hingga saat ini.

Keputusanku untuk tidak terfokus ke materi, bukan berarti aku akan menjalankan pekerjaanku dengan biasa-biasa saja atau tidak perlu berprestasi tinggi-tinggi, bukan... bukan seperti itu. Aku akan tetap bekerja dengan semaksimal mungkin, berusaha mencapai prestasi tinggi di pekerjaan, hingga tetap bersedia untuk ikut tes naik jabatan, namun tetap ingin mengutamakan rasa syukur atas segala sesuatu yang didapatkan, termasuk ketika harus mengalami kegagalan. Karena bagaimanapun kegagalan itu terjadi, masih ada peluang untuk berhasil ketika kita masih terus berusaha dan berdo’a, serta yakin.

Begitulah rasa syukurku saat ini. Saat teman-temanku mungkin sudah ada yang menjadi pimpinan perusahaan, melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, sudah menikah, dll yang mereka lebih dulu daripada aku, aku tetap bersyukur karena diluar sana masih banyak teman-teman kita yang masih mencari pekerjaan, yang masih berjuang untuk menyelesaikan pendidikan, yang belum bertemu jodohnya, maka dari itu... bersyukurlah... karena Allah swt. memberikan semua itu kepada hamba-Nya secara bergilir di waktu yang tepat.

Percayalah, Allah swt. memberikan segala sesuatu kepada hamba-Nya dengan seadil-adilnya. Kadang di suatu hal Allah swt. beri dengan porsi banyak, namun di hal lainnya Allah swt. mengurangi, namun tetap... semua itu sudah ditimbang seseimbang mungkin oleh Allah swt.
Jadi, jangan iri dan membandingkan dirimu dengan oranglain karena mungkin di suatu hal kamu kurang daripada oranglain, tapi pasti tetap ada suatu hal di dirimu yang lebih daripada oranglain.

Dalam perjalanan untuk memperbaiki kualitas rasa syukur kepada Allah swt. , sudah pasti kita akan terdesak dari sisi kanan, kiri, bagian depan, belakang untuk menggoyahkan kedua kaki tetap berdiri kokoh dalam rasa syukur, lalu bagaimana cara untuk tidak lupa bersyukur kepada-Nya? angkat kedua tangan (posisi berdo'a) dan tengadahkan kepala menatap langit, kemudian berdo’alah ‘Semoga Allah swt. selalu menjadikanku termasuk orang-orang yang bersyukur’ .