Monday 28 October 2019

Story of Life : About Grateful

Pagi itu aku sedang mengendarai sepeda motor, sembari melihat kedua kaca spion memantulkan cahaya matahari yang mulai meninggi dan terlihat begitu apik.
Di sepanjang jalan menuju tempat kos setelah menghabiskan weekend di kampung, aku berpapasan dengan banyak pedagang bersepeda motor berangkat untuk menjual barang dagangan mereka. Macam-macam, ada yang jual roti goreng, sayuran dan lain-lain.
Jalanan masih cukup sepi, aku pun masih melanjutkan perjalanan.
Sambil berkendara, seperti biasanya pikiranku melayang. Mengomentari setiap hal yang aku lihat di perjalanan...

Kali ini pikiranku melayang ke arah, Apa saja yang perlu kita syukuri dalam hidup ini? Dan bagaimana cara besyukur? serta Apa yang kita rasakan, dapatkan setelah bersyukur?
Sebagai manusia, kita sering lupa bahwa banyak hal yang SANGAT PERLU DAN WAJIB untuk kita syukuri di setiap detik, menit, jam, waktu dan terus berulang-ulang kali. Apa saja kenikmatan-Nya yang sering dilewatkan untuk kita syukuri setiap harinya?
Mulai dari yang pertama, kenikmatan bernafas dimanapun berada, diikuti kenikmatan melihat, mendengar, dapat berpikir, dapat bergerak, dapat merasakan asin manis pahit makanan/minuman... karena ketika,
- kenikmatan nafas yang dikurangi, maka bisa jadi kita akan membawa tabung gas oksigen kemana-mana
- kenikmatan melihat yang dikurangi, maka kita tidak dapat melihat indahnya ciptaan Allah swt.
- kenikmatan mendengar yang dikurangi, maka kita tidak dapat mendengar merdunya suara Adzan, Al-qur’an yang dibaca, ustadz/ustadzah yang menyampaikan pesan-pesan kehidupan, termasuk kata-kata baik yang disampaikan oleh sesama manusia lainnya
- kenikmatan dapat berpikir yang dikurangi, maka kita tidak dapat berpikir dengan benar karena hilangnya akal
- kenikmatan dapat bergerak yang dikurangi, maka kita tidak bisa beraktifitas sebagaimana mestinya
- kenikmatan dapat merasakan asam manis pahit makanan/minuman yang dikurangi, maka semua makanan dan minuman sebagai energi untuk tubuh kita, tidak memiliki rasa untuk dinikmati saat dikunyah hingga ditelan

Jika kita masih sering lupa untuk bersyukur terhadap kenikmatan yang Allah berikan di setiap detik, menit, jam nya yang sudah pasti ada, bagaimana kita bisa bersyukur atas kenikmatan-Nya yang jauh lebih besar?

Beberapa waktu yang lalu, aku masih bersyukur atas hal-hal besar yang aku terima di kehidupanku, atas kebahagiaanku, yang sebagian besar karena materi. Hingga suatu saat (maaf tidak bisa kuceritakan disini, hanya ingin kukembalikan ke Allah saja agar hal itu tidak pernah kembali ‘Aamiin’) , aku belajar banyak dari apa yang aku alami dulu. Dari situlah, seakan-akan Allah menegurku dengan cara-Nya hingga membuatku saat ini tidak terfokus ke materi untuk kebahagiaan, tetapi rasa syukur untuk kebahagiaan.

Kapanpun, kita bisa mengucapkan rasa syukur, “Alhamdulillah” , “Iya, aku bersyukur” , tetapi kata-kata itu masih sering hanya sebatas kata-kata, tidak diikuti dengan hati yang yakin dan ikhlas dalam mengucapkannya. Sehingga, meskipun kita mengucapkan rasa syukur, perasaan kurang terhadap hal ini dan itu masih sering kita rasakan.
Bahkan, ketika kita sudah mulai bisa bersyukur atas hal-hal kecil, hati kita masih bisa tergoyahkan. Ketika orang-orang di sekitar kita membandingkan kehidupannya dengan oranglain, seperti “Enak ya, si A sekarang sudah jadi Manager” , “Enak ya si B dapet suami kaya” , “ Enak ya si C jalan-jalan terus ke luar negeri” dan perkataaan-perkataan lainnya yang diawali “Enak ya, si ...” , yang akhirnya membuat kita ikut membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan oranglain.

Munculnya perbandingan-perbandingan itu akan membuat kita lupa bahwa banyak hal lainnya yang perlu kita syukuri. Seakan-akan seperti pepatah, ‘Setitik nila, rusak susu sebelanga.” . Dimana karena hanya suatu hal yang Allah swt. belum/tidak beri kepada kita, kita melupakan kenikmatan-Nya yang telah diberikan kepada kita sebelumnya, bahkan hingga saat ini.

Keputusanku untuk tidak terfokus ke materi, bukan berarti aku akan menjalankan pekerjaanku dengan biasa-biasa saja atau tidak perlu berprestasi tinggi-tinggi, bukan... bukan seperti itu. Aku akan tetap bekerja dengan semaksimal mungkin, berusaha mencapai prestasi tinggi di pekerjaan, hingga tetap bersedia untuk ikut tes naik jabatan, namun tetap ingin mengutamakan rasa syukur atas segala sesuatu yang didapatkan, termasuk ketika harus mengalami kegagalan. Karena bagaimanapun kegagalan itu terjadi, masih ada peluang untuk berhasil ketika kita masih terus berusaha dan berdo’a, serta yakin.

Begitulah rasa syukurku saat ini. Saat teman-temanku mungkin sudah ada yang menjadi pimpinan perusahaan, melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, sudah menikah, dll yang mereka lebih dulu daripada aku, aku tetap bersyukur karena diluar sana masih banyak teman-teman kita yang masih mencari pekerjaan, yang masih berjuang untuk menyelesaikan pendidikan, yang belum bertemu jodohnya, maka dari itu... bersyukurlah... karena Allah swt. memberikan semua itu kepada hamba-Nya secara bergilir di waktu yang tepat.

Percayalah, Allah swt. memberikan segala sesuatu kepada hamba-Nya dengan seadil-adilnya. Kadang di suatu hal Allah swt. beri dengan porsi banyak, namun di hal lainnya Allah swt. mengurangi, namun tetap... semua itu sudah ditimbang seseimbang mungkin oleh Allah swt.
Jadi, jangan iri dan membandingkan dirimu dengan oranglain karena mungkin di suatu hal kamu kurang daripada oranglain, tapi pasti tetap ada suatu hal di dirimu yang lebih daripada oranglain.

Dalam perjalanan untuk memperbaiki kualitas rasa syukur kepada Allah swt. , sudah pasti kita akan terdesak dari sisi kanan, kiri, bagian depan, belakang untuk menggoyahkan kedua kaki tetap berdiri kokoh dalam rasa syukur, lalu bagaimana cara untuk tidak lupa bersyukur kepada-Nya? angkat kedua tangan (posisi berdo'a) dan tengadahkan kepala menatap langit, kemudian berdo’alah ‘Semoga Allah swt. selalu menjadikanku termasuk orang-orang yang bersyukur’ .

Wednesday 26 June 2019

Story of Life : One of All The Dream, come true!


One of my dream become true!
Seperti yang sudah kuceritakan di ‘Story of Life : Cumlaude’ bahwa di setiap malam pergantian tahun aku menuliskan apa saja yang ingin aku capai di tahun berikutnya yang akan berjalan. Di malam pergantian Tahun 2016 ke 2017, aku menuliskan salah satu goal yaitu pergi ke Lombok - Kepulauan Nusa Tenggara, tetapi karena di Tahun 2017 belum bisa terwujud, maka aku menulisnya kembali di malam pergantian Tahun 2017 ke 2018. Daaan, Alhamdulillah wa Syukurillah akhirnya di awal Tahun 2018 keinginan itu benar-benar terwujud.

Sampai sekarang pun, aku masih sering terkagum-kagum dengan beberapa hal yang aku tulis dan menjadi kenyataan. Seakan-akan tulisan itu memiliki kekuatan untuk mengingatkanku agar terus berusaha mencapai apa yang aku inginkan, namun yang paling utama seakan-akan tulisan itu memiliki magnet tersendiri untuk merayu Allah swt. agar memberikan ridlo, sehingga segala sesuatunya benar-benar dapat terwujud.

Namun, ada kalanya tulisan itu belum bisa menjadi kenyataan. Menurutku, bisa jadi karena ada usaha yang belum maksimal, berdo’a belum sungguh-sungguh, keyakinan terwujudnya tulisan itu masih kurang atau juga mungkin masih belum waktunya. Dan jika pun kita merasa sudah melakukan ketiga hal tersebut, namun tulisan masih menjadi tulisan, berarti Allah swt. menggantinya dengan sesuatu yang leeebiiih baik, dan suatu waktu kita akan segera menyadarinya.

Saat itu aku mendapatkan informasi bahwa waktu jeda kontrak kerja ku akan jatuh pada Bulan Januari 2018. Seperti yang sudah kuceritakan di ‘Story of Life : Career Woman - Work or Workaholic?’ bahwa di Perusahaan tempat aku bekerja saat ini memberlakukan sistem kontrak, sehingga apabila sudah 2 kali kontrak habis, maka Karyawan mendapatkan jeda kontrak kerja selama 1 bulan. Beberapa orang mengeluhkan saat-saat mereka mendapatkan jeda karena itu berarti tidak akan ada gaji masuk di bulan mereka jeda, tetapi menurutku lebih baik mengambil sisi positifnya, anggap saja waktu jeda menjadi liburan panjang, toh waktu kita selama ini juga sebagian besar diisi dengan kerja, kerja dan kerja hehehe... dan kalau dihubungkan dengan tidak menerima gaji, menurutku itu tergantung bagaimana kita memanage keuangan sebelum waktu jeda, serta waktu jeda selama 1 bulan kalau memang tidak diisi dengan liburan, tetap bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah, paling simple jualan barang secara online. Kalau masih ada saja orang yang mengeluh karena alasan berjualan tidak semudah itu, hmmm... itu sih karena diri mereka sendiri saja. Perlu diingat, bahwa rejeki itu datang karena usaha dan prasangka kita terhadap Allah swt. , jadi jangan terlalu khawatir dengan rejeki asalkan kita sudah berusaha dan yakin, InshaAllah Allah swt. akan mendatangkan rejeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.

Dengan kekuatan promo tiket pesawat yang tentunya juga di support oleh saldo rekening, pada Bulan November 2017 aku membeli tiket PP Surabaya - Lombok, Lombok - Surabaya. Tanggal 10 Januari 2018, pemberangkatan dari Bandara Juanda Surabaya aku berangkat seorang diri. Satu jam perjalanan di angkasa, aku tiba di Lombok sudah malam hari. Om, tante dan kedua sepupuku sudah menungguku di pintu kedatangan. Selama satu minggu aku stay di rumah om dan tanteku yang tinggal di Lombok. Dan, selama satu minggu itu juga aku memutuskan untuk menikmati hari-hari dan mensyukurinya... Alhamdulillah, semoga berkah O:)

Senggigi Beach

 

 

Bukit Merese Lombok


  

Gili Trawangan

 

 

ps. Kita perlu mengapresiasi diri kita sendiri, atas segala yang telah ia usahakan dan perjuangkan untuk menghasilkan sesuatu. Jangan sampai terlalu mengeksploitasi diri tanpa memberikannya apresiasi, karena apapun yang berlebihan itu tidak baik. Sebagai contoh :
Untuk kalian yang menempuh pendidikan, setelah selama 1 semester belajar dan berusaha untuk mendapatkan nilai baik, maka jika sudah berhasil mendapatkan nilai baik, berikan hadiah terhadap diri sendiri misalkan 1 hari tanpa belajar, 1 hari diluar rumah untuk bertemu dengan teman.
Untuk kalian yang bekerja, selama 1 tahun bekerja dengan keras, maka di akhir tahun atau awal tahun kalian bisa mengapresiasi diri kalian dengan berlibur.
Untuk yang sudah berkeluarga, akan ada berbagai macam kesibukan, suami - istri yang sama-sama bekerja atau suami yang bekerja-istri mengurus anak di rumah, maka luangkan beberapa hari untuk berkumpul satu sama lain, bisa pergi berlibur atau menikmati waktu bersama di rumah dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan.
Dengan begitu... kita akan sama-sama belajar, bagaimana menyeimbangkan hidup. 

Tuesday 25 June 2019

Story of Life : Career Woman - Work or Workaholic?


Perjalanan selanjutnya menjadikanku seorang wanita yang lebih mandiri. Pengalaman di masa kuliah membuatku terbiasa hidup jauh dari orangtua. Melakukan apa-apa sendiri, berusaha menyelesaikan apa-apa sendiri, termasuk ketika mengalami masalah, maka aku harus bisa menghadapi dan berusaha menyelesaikan sendiri. Yang membedakan dari masa kuliah adalah, bersyukur saat ini tidak terlalu merepotkan orangtua dari segi keuangan, setidaknya di awal bekerja aku sudah mulai bisa membiayai kebutuhan primer ku sendiri, seperti sewa kos, makan sehari-hari dan membeli barang-barang yang aku butuhkan.

Sebagai fresh graduate, tujuan utamaku bekerja adalah mencari pengalaman, sehingga aku belum terlalu mementingkan berapa gaji yang kudapatkan. Asalkan cukup untuk memenuhi kebutuhan primer ku, apabila lebih dari itu, berapapun nilainya tetap aku syukuri karena bisa memberi orangtua dan untuk menabung.

Diterima di salah satu Perusahaan sebelum wisuda memang menjadi kebanggan tersendiri bagiku dan membuatku memperbanyak syukur atas segala hal baik yang kudapatkan dari Allah swt. .
Perjalanan baru pun dimulai...

Flash back pada hari pertama aku bekerja, kemarin malamnya aku tidur di kos temanku yang bernama Rosa dan berangkat ke kantor keesokan harinya sekitar jam 7 pagi. Sampai di kantor, aku masih menunggu di ruang tunggu tamu hingga dipanggil untuk masuk ke ruangan HRD. Aku melakukan banyak registrasi, seperti pengambilan sidik jari untuk checklog jam datang dan pulang kerja, kemudian pendataan ukuran seragam, hingga perkenalan ke Karyawan-karyawan yang sudah lebih dulu bekerja disana dengan mendatangi tempat kerja per Bagian. Aku masih mengikuti salah satu Staff HRD yang membimbingku untuk perkenalan, berjalan naik ke lantai 3. Dari tempat kerja yang sudah aku datangi untuk perkenalan, menurutku tempat ini sedikit diasingkan tetapi juga paling bagus diantara lainnya.

Tiba di lantai 3, kami berjalan melewati ruangan besar seperti ruang meeting, kemudian masih melewati musholla kecil yang di sebelahnya ada 2 toilet. Ruangan-ruangan tersebut berada di sebelah kiri, sedangkan di sebelah kanan terdapat kaca-kaca, dimana kita dapat melihat pabrik yang ada di luar ruangan. Aku mendapati sebuah pintu transparan yang kemudian dibuka oleh Staff HRD. Kesan pertama saat aku memasuki ruangan tersebut yaitu tempatnya cukup luas memanjang, full AC dan suasananya hening. Kami seperti berjalan di sebuah koridor, dimana di bagian kiri ada beberapa ruangan transparan yang ternyata masih belum menjadi tempat tujuan kami, hingga kami sampai di sebuah ruangan besar berbentuk persegi panjang, terdapat sekitar 7 orang didalamnya dan room desk mereka tergabung membentuk huruf U. Ternyata di ruangan tersebut perkenalan ke Karyawan-karyawan diakhiri, sekaligus Staff HRD menunjuk salah satu tempat duduk kerja yang terlihat kosong tidak bertuan dan memberitahuku bahwa disanalah aku akan bekerja. Aku pun menjadi salah satu Karyawan di Bagian Accounting, tepatnya di Administrasi Piutang. Hari itu aku disambut dengan baik dan aku mulai menghafal nama serta mengenal 7 orang wanita yang ada di dalam ruangan tersebut.

Hari pertama kerja pun berlalu. Sepulang kerja, teman dekatku Akka sudah menungguku di ruang tunggu tamu. Sore itu dia akan menemaniku mencari kos di dekat tempatku bekerja. Kami mengelilingi komplek dan melihat-lihat beberapa kos yang ada di sekitar sana. Aku masih ingat betul betapa sulitnya mencari tempat kos yang benar-benar sesuai keinginanku. Kami menemukan 1 kos yang paling layak, namun kos tersebut ditempati perempuan dan laki-laki. Akhirnya Akka menyetujui aku kos di tempat tersebut meskipun tidak khusus perempuan, karena kos tersebut paling bersih diantara kos lainnya.

Bisa jadi, karena di kos tersebut berisikan perempuan dan laki-laki, sehingga Akka diijinkan ibu kos untuk masuk ke kamar yang akan kutempati, meskipun sebenarnya itu membuat aku dan Akka menjadi tidak nyaman. Akka membuka lebar pintu kamarku dan memasukkan tas rangselku yang cukup berat. Saat memasuki kamar itu, aku menghela napas berat. Kamar dengan ukuran 2x3 meter, terdapat jendela kecil yang tidak bisa dibuka dan cukup tinggi di tembok sebelah selatan, satu lemari dengan 2 pintu, kemudian kasurnya seperti matras, namun dalamnya gabus.

Malam pertama aku menempati kos, aku belum membawa barang-barang yang sangat kubutuhkan, seperti sprei, selimut, sedangkan kamar kos yang aku sewa tidak menyediakan semua itu, termasuk bantal dan guling. Akka menawarkan untuk membeli keperluan malam itu juga, namun aku sudah terlalu lelah dan tidak tega ke Akka karena nanti dia pulang semakin larut. Akka masih duduk di dekat pintu kamar dan sebenarnya dia tidak tega melihatku, sampai akhirnya aku menangis ketika Akka pamit pulang. Saat itu aku menangis karena merasa ‘oh begini ya hidup yang benar-benar mandiri’ , ‘oh begini ya cari uang itu’ dan ‘ oh oh yang lain’. Sebelum benar-benar pulang, Akka mengatakan besok akan datang ke kos lagi dengan membawakanku barang-barang yang aku butuhkan. Akka sudah pulang, dan aku masih menangis. Malam itu aku tidur dengan pakaian yang kukenakan untuk bekerja, tidur di kasur matras yang dalamnya gabus, tanpa bantal, tanpa guling, berselimutkan jaket parasitku. -ended Flash Back-

Hari demi hari berjalan, hingga takdir Allah swt. mengantarkanku pada hari itu... hari dimana, aku harus berbuat kesalahan di hidupku. Sampai saat ini pun, aku masih terus berdo’a agar Allah swt. dan orang-orang yang terpaksa harus mendengar ketidak jujuranku dapat memaafkanku.

Berawal dari beberapa bulan terakhir yang membuatku merasa sedikit tidak nyaman di tempat kerja. Di pekerjaan yang aku jalani, aku memiliki 2 atasan bernama Bu Diana dan Bu Yuli yang menurutku sangat baik, bahkan Bu Yuli menganggapku seperti anak sendiri. Sebenarnya aku mengambil positif dari apa yang disampaikan Bu Diana kepadaku akhir-akhir ini, beliau terus menyampaikan bahwa kemampuanku seharusnya bisa lebih dikembangkan lagi dengan mendapatkan pekerjaan yang lebih dibandingkan sekarang. Setiap hari, aku meyakinkan diriku sendiri bahwa itu adalah sebuat motivasi, meskipun menurutku secara penyampaian oleh Bu Diana belum bisa dianggap tepat. Tetapi aku menyadari bahwa Bu Diana memang seseorang yang workaholic , jadi aku sangat bisa memahami. Sebenarnya aku pun ke depannya berencana untuk bisa mengembangkan karirku, namun tidak dalam waktu dekat ini karena belum genap 1 tahun aku bekerja.

Hari itu akhirnya benar-benar tiba, beberapa waktu terakhir akhirnya aku mencoba apa yang disampaikan Bu Diana untuk apply di beberapa Perusahaan yang menurut beliau OKE. Hehehe... yang kemudian aku mendapatkan panggilan tes, banyak rentetan tes yang aku jalani, hingga... aku dinyatakan LOLOS. Berhasil sudah apa yang diharapkan Bu Diana terhadapku. Sebelum akhirnya aku diterima di Perusahaan bergengsi ini, ada beberapa ‘drama korea’ yang sempat aku alami, seperti ada telepon dari Perusahaan OKE lainnya untuk tes kerja yang tidak sempat aku angkat karena sangat sibuk bekerja sehingga tidak tahu jika ada telepon, kemudian telepon dari Perusahaan OKE ‘lainnya-lainnya’ yang sudah sempat aku angkat namun tidak bisa menghadiri, dll, yang diperjalanannya masih diikuti dengan petuah-petuah Bu Diana untuk aku bisa mengembangkan kemampuanku. Sampai dengan hari itu aku menyampaikan ke Bu Diana jika aku diterima di Perusahaan OKE. Dan, apa yang selanjutnya terjadi? Bu Diana dan aku kebingungan mencari alasan ke Bu Yuli bahwa aku akan segera resign dari sini. Aku dan Bu Diana bersepakat tidak jujur, sebenarnya aku sangat tidak nyaman untuk mengiyakan, namun sejujurnya aku juga sempat merasa tertekan dengan perlakuan Bu Diana, sekalipun itu menurut beliau baik karena ingin aku lebih sukses. Aku yang saat itu berdiri di dekat meja kerja Bu Diana, beliau menggenggam tanganku untuk memastikan lagi perihal ketidak jujuran kami, kemudian berjalan menuju ke ruang kerja Bu Yuli.
Pembicaraan yang tidak jujur itu mengalir begitu saja... Bu Diana mengatakan ke Bu Yuli bahwa aku akan kuliah lagi, hingga Bu Yuli dengan berat hati mengiyakan untuk aku mengajukan resign. Tampak sedih dan kecewa yang terlihat dari raut wajahnya. Wajah itu masih terbayang sampai saat ini dan terus membuatku merasa bersalah ketika mengingatnya karena sudah berbuat tidak jujur. Dear Bu Yuli, semoga ibu saat ini sudah mengetahui semua ketidak jujuranku dan memaafkanku. Aamiin...

Di tempat kerja yang baru memang ada perbedaannya dari tempat kerja sebelumnya, dimana dulu aku bekerja di kegiatan operasional Perusahaan secara langsung, sedangkan sekarang aku bekerja di Manajemen Perusahaan yang disebut Direksi. Awal masuk di tempat kerja yang baru, aku di posisikan sebagai Junior Auditor merangkap Admin karena di Departemenku hanya berisikan bapak-bapak dan mas-mas , ya... itu berarti perempuannya hanya aku. Ada 1 orang perempuan lagi yaitu Kepala Bagianku, namun pada saat hari pertama aku masuk, beliau masih di luar negeri dan informasi dari beberapa Karyawan bahwa beliau memang cukup jarang berada di kantor.

Meskipun di tempat kerjaku saat ini tidak ada pegawai tetap, jadi keseluruhan Karyawan merupakan pegawai kontrak, tetapi benar-benar banyak ilmu yang aku dapatkan di Perusahaan ini. Perusahaan tempatku bekerja sekarang merupakan Perusahaan Group, sehingga memiliki beberapa Divisi, kurang lebih ada 5 Perusahaan dengan bidang yang berbeda-beda, ada Hotel, Wisata, Industri minuman, Trading sayur dan buah, dll. Aku pun sering perjalanan dinas ke luar kota, apalagi selesai jeda kontrak, job desc ku bertambah menjadi Sekretaris Kepala Bagian Auditor. Setiap perjalanan kunikmati, hingga aku terhanyut dalam rasa syukur yang tiada henti atas segala sesuatu yang diberikan Allah swt.
Aku tetap berdo’a untuk setiap keberhasilan karirku, tetapi yang lebih penting adalah aku dihindarkan dari ketamakan karena semua yang kumiliki hanyalah titipan. Semoga selalu dalam ridho-Nya. Aamiin...

Point
Setiap orang di dunia ini pasti memiliki orientasi tentang ‘uang’ , dimana dia pasti akan bekerja sekeras-kerasnya untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Namun, di perjalanan karirku, suatu waktu aku menyadari bahwa uang tidak bisa membeli kesehatan, uang tidak bisa membeli kebahagiaan, uang tidak bisa membeli waktu yang berharga dengan keluarga.
Terkadang, semakin kita berorientasi pada uang, Allah akan beri, bahkan uang itu kita sadari berjumlah banyak, namun tidak tau untuk apa saja hingga sedikit-sedikit habis, sedikit-sedikit habis.
Belum lagi, kita bekerja keras dengan tidak mengenal waktu, tiba-tiba jatuh sakit, uang yang kita dapatkan pada akhirnya digunakan untuk berobat.
Kerja terlalu keras, uang banyak, namun masalah ada-ada saja yang mampir, hingga kita terlalu larut dalam masalah yang dihadapi sampai seakan-akan tidak ada waktu untuk bahagia.
Dan... yang paling sering membuat kita tidak sadar, kita terlena dengan waktu kita bekerja, menganggap uang yang kita dapatkan cukup untuk diberikan kepada orangtua dan dapat membuat mereka bahagia, tetapi kita lupa bahwa usia orangtua kita juga akan terus bertambah, sedangkan waktu kita banyak dihabiskan untuk bekerja. Pulang kerja pun tak bisa lagi bercakap dengan orangtua karena sudah lelah bekerja, atau yang paling memilukan, yang di tanah rantau belum bisa pulang ke kampung halaman bahkan saat lebaran.
3 tahun bekerja dengan keras... akhirnya di perjalanan tahun berikutnya aku memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin, berkarir segemilang mungkin, menjaga kesehatan tubuh, menjaga kebahagiaan hati dan menjaga hubungan dengan orangtua, dan yang paling utama yaitu orientasiku hanya ingin ‘mendapatkan ridlo Allah swt.’ , InshaAllah apabila berkah, semua yang kita butuhkan akan terpenuhi. Aamiin...