Tuesday 25 June 2019

Story of Life : Career Woman - Work or Workaholic?


Perjalanan selanjutnya menjadikanku seorang wanita yang lebih mandiri. Pengalaman di masa kuliah membuatku terbiasa hidup jauh dari orangtua. Melakukan apa-apa sendiri, berusaha menyelesaikan apa-apa sendiri, termasuk ketika mengalami masalah, maka aku harus bisa menghadapi dan berusaha menyelesaikan sendiri. Yang membedakan dari masa kuliah adalah, bersyukur saat ini tidak terlalu merepotkan orangtua dari segi keuangan, setidaknya di awal bekerja aku sudah mulai bisa membiayai kebutuhan primer ku sendiri, seperti sewa kos, makan sehari-hari dan membeli barang-barang yang aku butuhkan.

Sebagai fresh graduate, tujuan utamaku bekerja adalah mencari pengalaman, sehingga aku belum terlalu mementingkan berapa gaji yang kudapatkan. Asalkan cukup untuk memenuhi kebutuhan primer ku, apabila lebih dari itu, berapapun nilainya tetap aku syukuri karena bisa memberi orangtua dan untuk menabung.

Diterima di salah satu Perusahaan sebelum wisuda memang menjadi kebanggan tersendiri bagiku dan membuatku memperbanyak syukur atas segala hal baik yang kudapatkan dari Allah swt. .
Perjalanan baru pun dimulai...

Flash back pada hari pertama aku bekerja, kemarin malamnya aku tidur di kos temanku yang bernama Rosa dan berangkat ke kantor keesokan harinya sekitar jam 7 pagi. Sampai di kantor, aku masih menunggu di ruang tunggu tamu hingga dipanggil untuk masuk ke ruangan HRD. Aku melakukan banyak registrasi, seperti pengambilan sidik jari untuk checklog jam datang dan pulang kerja, kemudian pendataan ukuran seragam, hingga perkenalan ke Karyawan-karyawan yang sudah lebih dulu bekerja disana dengan mendatangi tempat kerja per Bagian. Aku masih mengikuti salah satu Staff HRD yang membimbingku untuk perkenalan, berjalan naik ke lantai 3. Dari tempat kerja yang sudah aku datangi untuk perkenalan, menurutku tempat ini sedikit diasingkan tetapi juga paling bagus diantara lainnya.

Tiba di lantai 3, kami berjalan melewati ruangan besar seperti ruang meeting, kemudian masih melewati musholla kecil yang di sebelahnya ada 2 toilet. Ruangan-ruangan tersebut berada di sebelah kiri, sedangkan di sebelah kanan terdapat kaca-kaca, dimana kita dapat melihat pabrik yang ada di luar ruangan. Aku mendapati sebuah pintu transparan yang kemudian dibuka oleh Staff HRD. Kesan pertama saat aku memasuki ruangan tersebut yaitu tempatnya cukup luas memanjang, full AC dan suasananya hening. Kami seperti berjalan di sebuah koridor, dimana di bagian kiri ada beberapa ruangan transparan yang ternyata masih belum menjadi tempat tujuan kami, hingga kami sampai di sebuah ruangan besar berbentuk persegi panjang, terdapat sekitar 7 orang didalamnya dan room desk mereka tergabung membentuk huruf U. Ternyata di ruangan tersebut perkenalan ke Karyawan-karyawan diakhiri, sekaligus Staff HRD menunjuk salah satu tempat duduk kerja yang terlihat kosong tidak bertuan dan memberitahuku bahwa disanalah aku akan bekerja. Aku pun menjadi salah satu Karyawan di Bagian Accounting, tepatnya di Administrasi Piutang. Hari itu aku disambut dengan baik dan aku mulai menghafal nama serta mengenal 7 orang wanita yang ada di dalam ruangan tersebut.

Hari pertama kerja pun berlalu. Sepulang kerja, teman dekatku Akka sudah menungguku di ruang tunggu tamu. Sore itu dia akan menemaniku mencari kos di dekat tempatku bekerja. Kami mengelilingi komplek dan melihat-lihat beberapa kos yang ada di sekitar sana. Aku masih ingat betul betapa sulitnya mencari tempat kos yang benar-benar sesuai keinginanku. Kami menemukan 1 kos yang paling layak, namun kos tersebut ditempati perempuan dan laki-laki. Akhirnya Akka menyetujui aku kos di tempat tersebut meskipun tidak khusus perempuan, karena kos tersebut paling bersih diantara kos lainnya.

Bisa jadi, karena di kos tersebut berisikan perempuan dan laki-laki, sehingga Akka diijinkan ibu kos untuk masuk ke kamar yang akan kutempati, meskipun sebenarnya itu membuat aku dan Akka menjadi tidak nyaman. Akka membuka lebar pintu kamarku dan memasukkan tas rangselku yang cukup berat. Saat memasuki kamar itu, aku menghela napas berat. Kamar dengan ukuran 2x3 meter, terdapat jendela kecil yang tidak bisa dibuka dan cukup tinggi di tembok sebelah selatan, satu lemari dengan 2 pintu, kemudian kasurnya seperti matras, namun dalamnya gabus.

Malam pertama aku menempati kos, aku belum membawa barang-barang yang sangat kubutuhkan, seperti sprei, selimut, sedangkan kamar kos yang aku sewa tidak menyediakan semua itu, termasuk bantal dan guling. Akka menawarkan untuk membeli keperluan malam itu juga, namun aku sudah terlalu lelah dan tidak tega ke Akka karena nanti dia pulang semakin larut. Akka masih duduk di dekat pintu kamar dan sebenarnya dia tidak tega melihatku, sampai akhirnya aku menangis ketika Akka pamit pulang. Saat itu aku menangis karena merasa ‘oh begini ya hidup yang benar-benar mandiri’ , ‘oh begini ya cari uang itu’ dan ‘ oh oh yang lain’. Sebelum benar-benar pulang, Akka mengatakan besok akan datang ke kos lagi dengan membawakanku barang-barang yang aku butuhkan. Akka sudah pulang, dan aku masih menangis. Malam itu aku tidur dengan pakaian yang kukenakan untuk bekerja, tidur di kasur matras yang dalamnya gabus, tanpa bantal, tanpa guling, berselimutkan jaket parasitku. -ended Flash Back-

Hari demi hari berjalan, hingga takdir Allah swt. mengantarkanku pada hari itu... hari dimana, aku harus berbuat kesalahan di hidupku. Sampai saat ini pun, aku masih terus berdo’a agar Allah swt. dan orang-orang yang terpaksa harus mendengar ketidak jujuranku dapat memaafkanku.

Berawal dari beberapa bulan terakhir yang membuatku merasa sedikit tidak nyaman di tempat kerja. Di pekerjaan yang aku jalani, aku memiliki 2 atasan bernama Bu Diana dan Bu Yuli yang menurutku sangat baik, bahkan Bu Yuli menganggapku seperti anak sendiri. Sebenarnya aku mengambil positif dari apa yang disampaikan Bu Diana kepadaku akhir-akhir ini, beliau terus menyampaikan bahwa kemampuanku seharusnya bisa lebih dikembangkan lagi dengan mendapatkan pekerjaan yang lebih dibandingkan sekarang. Setiap hari, aku meyakinkan diriku sendiri bahwa itu adalah sebuat motivasi, meskipun menurutku secara penyampaian oleh Bu Diana belum bisa dianggap tepat. Tetapi aku menyadari bahwa Bu Diana memang seseorang yang workaholic , jadi aku sangat bisa memahami. Sebenarnya aku pun ke depannya berencana untuk bisa mengembangkan karirku, namun tidak dalam waktu dekat ini karena belum genap 1 tahun aku bekerja.

Hari itu akhirnya benar-benar tiba, beberapa waktu terakhir akhirnya aku mencoba apa yang disampaikan Bu Diana untuk apply di beberapa Perusahaan yang menurut beliau OKE. Hehehe... yang kemudian aku mendapatkan panggilan tes, banyak rentetan tes yang aku jalani, hingga... aku dinyatakan LOLOS. Berhasil sudah apa yang diharapkan Bu Diana terhadapku. Sebelum akhirnya aku diterima di Perusahaan bergengsi ini, ada beberapa ‘drama korea’ yang sempat aku alami, seperti ada telepon dari Perusahaan OKE lainnya untuk tes kerja yang tidak sempat aku angkat karena sangat sibuk bekerja sehingga tidak tahu jika ada telepon, kemudian telepon dari Perusahaan OKE ‘lainnya-lainnya’ yang sudah sempat aku angkat namun tidak bisa menghadiri, dll, yang diperjalanannya masih diikuti dengan petuah-petuah Bu Diana untuk aku bisa mengembangkan kemampuanku. Sampai dengan hari itu aku menyampaikan ke Bu Diana jika aku diterima di Perusahaan OKE. Dan, apa yang selanjutnya terjadi? Bu Diana dan aku kebingungan mencari alasan ke Bu Yuli bahwa aku akan segera resign dari sini. Aku dan Bu Diana bersepakat tidak jujur, sebenarnya aku sangat tidak nyaman untuk mengiyakan, namun sejujurnya aku juga sempat merasa tertekan dengan perlakuan Bu Diana, sekalipun itu menurut beliau baik karena ingin aku lebih sukses. Aku yang saat itu berdiri di dekat meja kerja Bu Diana, beliau menggenggam tanganku untuk memastikan lagi perihal ketidak jujuran kami, kemudian berjalan menuju ke ruang kerja Bu Yuli.
Pembicaraan yang tidak jujur itu mengalir begitu saja... Bu Diana mengatakan ke Bu Yuli bahwa aku akan kuliah lagi, hingga Bu Yuli dengan berat hati mengiyakan untuk aku mengajukan resign. Tampak sedih dan kecewa yang terlihat dari raut wajahnya. Wajah itu masih terbayang sampai saat ini dan terus membuatku merasa bersalah ketika mengingatnya karena sudah berbuat tidak jujur. Dear Bu Yuli, semoga ibu saat ini sudah mengetahui semua ketidak jujuranku dan memaafkanku. Aamiin...

Di tempat kerja yang baru memang ada perbedaannya dari tempat kerja sebelumnya, dimana dulu aku bekerja di kegiatan operasional Perusahaan secara langsung, sedangkan sekarang aku bekerja di Manajemen Perusahaan yang disebut Direksi. Awal masuk di tempat kerja yang baru, aku di posisikan sebagai Junior Auditor merangkap Admin karena di Departemenku hanya berisikan bapak-bapak dan mas-mas , ya... itu berarti perempuannya hanya aku. Ada 1 orang perempuan lagi yaitu Kepala Bagianku, namun pada saat hari pertama aku masuk, beliau masih di luar negeri dan informasi dari beberapa Karyawan bahwa beliau memang cukup jarang berada di kantor.

Meskipun di tempat kerjaku saat ini tidak ada pegawai tetap, jadi keseluruhan Karyawan merupakan pegawai kontrak, tetapi benar-benar banyak ilmu yang aku dapatkan di Perusahaan ini. Perusahaan tempatku bekerja sekarang merupakan Perusahaan Group, sehingga memiliki beberapa Divisi, kurang lebih ada 5 Perusahaan dengan bidang yang berbeda-beda, ada Hotel, Wisata, Industri minuman, Trading sayur dan buah, dll. Aku pun sering perjalanan dinas ke luar kota, apalagi selesai jeda kontrak, job desc ku bertambah menjadi Sekretaris Kepala Bagian Auditor. Setiap perjalanan kunikmati, hingga aku terhanyut dalam rasa syukur yang tiada henti atas segala sesuatu yang diberikan Allah swt.
Aku tetap berdo’a untuk setiap keberhasilan karirku, tetapi yang lebih penting adalah aku dihindarkan dari ketamakan karena semua yang kumiliki hanyalah titipan. Semoga selalu dalam ridho-Nya. Aamiin...

Point
Setiap orang di dunia ini pasti memiliki orientasi tentang ‘uang’ , dimana dia pasti akan bekerja sekeras-kerasnya untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Namun, di perjalanan karirku, suatu waktu aku menyadari bahwa uang tidak bisa membeli kesehatan, uang tidak bisa membeli kebahagiaan, uang tidak bisa membeli waktu yang berharga dengan keluarga.
Terkadang, semakin kita berorientasi pada uang, Allah akan beri, bahkan uang itu kita sadari berjumlah banyak, namun tidak tau untuk apa saja hingga sedikit-sedikit habis, sedikit-sedikit habis.
Belum lagi, kita bekerja keras dengan tidak mengenal waktu, tiba-tiba jatuh sakit, uang yang kita dapatkan pada akhirnya digunakan untuk berobat.
Kerja terlalu keras, uang banyak, namun masalah ada-ada saja yang mampir, hingga kita terlalu larut dalam masalah yang dihadapi sampai seakan-akan tidak ada waktu untuk bahagia.
Dan... yang paling sering membuat kita tidak sadar, kita terlena dengan waktu kita bekerja, menganggap uang yang kita dapatkan cukup untuk diberikan kepada orangtua dan dapat membuat mereka bahagia, tetapi kita lupa bahwa usia orangtua kita juga akan terus bertambah, sedangkan waktu kita banyak dihabiskan untuk bekerja. Pulang kerja pun tak bisa lagi bercakap dengan orangtua karena sudah lelah bekerja, atau yang paling memilukan, yang di tanah rantau belum bisa pulang ke kampung halaman bahkan saat lebaran.
3 tahun bekerja dengan keras... akhirnya di perjalanan tahun berikutnya aku memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin, berkarir segemilang mungkin, menjaga kesehatan tubuh, menjaga kebahagiaan hati dan menjaga hubungan dengan orangtua, dan yang paling utama yaitu orientasiku hanya ingin ‘mendapatkan ridlo Allah swt.’ , InshaAllah apabila berkah, semua yang kita butuhkan akan terpenuhi. Aamiin...

No comments:

Post a Comment